Ayo Membaca
Bacalah dongeng di bawah ini dengan nyaring dan lafal yang tepat!
Pohon Apel yang Tulus
Dahulu kala, ada sebuah pohon apel besar. Ada seorang anak pria bermain di sekitar pohon itu. Dia sangat mengasihi pohon itu. Pohon itu juga senang bermain bersamanya.
Waktu berlalu, anak pria itu tumbuh dewasa.
Suatu hari, ia tiba kembali. Pohon apel menyambutnya dengan gembira. “Ayo, bermainlah bersamaku,” ajak si Pohon Apel.
“Ah, saya tak punya waktu untuk bermain. Kami membutuhkan rumah untuk daerah tinggal. Bisakah kamu membantuku?”
“Kamu boleh memotong cabang-cabang pohonku ini untuk membangun rumahmu.” Kaprikornus anak lakilaki itu memotong semua cabang pohon dan pergi dengan riang. Pohon apel itu senang melihat temannya bahagia. Tapi ia tak pernah kembali semenjak dikala itu. Pohon apel kembali merasa kesepian dan sedih.
Akhirnya, pria itu kembali lagi. Laki-laki itu dan pohon apel kini sudah sama-sama tua. “Aku sudah tak dapat menunjukkan apa-apa,” kata Pohon Apel. “Tidak apa-apa. Aku hanya membutuhkan sebuah daerah untuk beristirahat,” jawab pria itu.
“Baik! Sisa batang pohon renta yakni daerah terbaik untuk bersandar dan beristirahat. Duduklah sini bersamaku dan istirahatlah,” kata pohon apel. Laki-laki itu pun duduk bersandarkan pada batang pohon yang masih tersisa. Pohon apel pun menangis bahagia. Akhirnya mereka pun bersama lagi.
Sumber: www.rumahdongeng.com
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
- Siapa sahabat pohon apel? Seorang anak laki-laki.
- Apa yang dirasakan pohon apel dikala bermain
- bersama temannya? Pohon apel merasa senang.
- Apa kebaikan yang diberikan pohon apel? Pohon apel menunjukkan cabang-cabang pohonnya untuk dijadikan materi pembuat rumah atau pohon apel menyediakan akar pohonnya yang tersisa sebagai daerah beristirahat.
- Mengapa pohon apel merasa kesepian dan sedih? Pohon apel merasa kesepian dan duka alasannya yakni tidak bertemu dan bermain bersama temannya.
- Di selesai cerita, mengapa pohon apel menangis? Pohon apel menangis alasannya yakni merasa senang dapat gotong royong dengan temannya lagi.
Ayo Berlatih
Setelah membaca dongeng Pohon Apel yang Tulus, Dayu ingin membantu ibu. Dayu menyapu halaman rumah sampai bersih. Saat menyapu, Dayu mempunyai wangsit untuk mengumpulkan daun-daun kering.
Rencananya akan ia gunakan untuk belajar. Setelah menyapu halaman, Dayu mengumpulkan
daun-daun kering. Dayu mengambil beberapa helai daun kering, kemudian meletakkannya di sebuah kotak.
Ia mengambil lagi beberapa helai daun kering dan meletakkannya pada kotak yang lain.
Di kotak pertama ada 35 helai daun kering. Di kotak kedua ada 15 helai daun kering.
Dayu menghitung semua daun kering. 35 + 15 = 50
Ternyata semua daun berjumlah 50 helai daun kering. Dayu ingin tahu bila posisi kotak itu.
15 + 35 = 50 Ternyata jumlahnya sama, yaitu 50 helai daun kering.
35 + 15 = 50
15 + 35 = 50
Jadi, 35 + 15 = 15 + 35
Kita dapat coba pada penjumlahan yang lain, yaitu:
120 + 930 = 1.050
930 + 120 = 1.050
Jadi, 120 + 930 = 930 + 120
Kerjakanlah latihan berikut ini menyerupai contoh!
1. a. 200 + 350 = 550.
b. 350 + 200 = 550
c. Jadi, 200 + 350 = 350 + 200
2. a. 500 + 220 = 720
b. 220 + 500 = 720
c. Jadi, 500 + 220 = 220 + 500
3. a. 470 + 510 = 980
b. 510 + 470 = 980
c. Jadi, 470. + 510 = 510 + 470
4. a. 400 + 430 = 830
b. 430 + 400 = 830
c. Jadi, 400 + 430 = 430. + 400
5. a. 480 + 605 = 1.085
b. 605 + 480 = 1.085
c. Jadi, 480 + 605 = 605 + 480
Ayo Bernyanyi
Hari Minggu Dayu pergi tamasya ke gunung. Dayu pergi bersama orang renta dan saudara sepupunya. Di gunung ia banyak melihat pohon cemara.
Berikut ini video lagu Cemara Karya AT Mahmud
Pernahkah kalian melihat pohon cemara? Cemara mempunyai banyak manfaat bagi manusia. Salah satunya kayu cemara dipakai untuk membuat perabot rumah tangga.
Dayu dan sepupunya bernyanyi lagu Cemara selama di perjalanan. Yuk kita menyanyikan lagu Cemara!
- Baris pada lagu Cemara yang pola iramanya sama: Baris di bait 1 dan 2
- Baris pada lagu Cemara yang pola iramanya berbeda: Baris di bait 1 dan 3 atau baris di bait 1 dan 4 atau baris di bait 3 dan 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar